DAUN-DAUN BERGUGURAN DI LANGIT GAZA (PALESTINA)

Penulis : Alfan I. Djabar
Part 1

                    Pinterest

Di suatu masa, musim semi telah tiba, sebentar lagi daun-daun akan berguguran ke tanah, lalu tertiup oleh angin tak tersisa. Tapi tidak dengan ranting, cabang, dan akar. Mereka akan tetap setia menunggu hingga tunas muda, atau daun yang baru muncul kembali kepermukaan, hingga pada akhirnya mengeluarkan bunga yang sangat indah.

Saat suara adzan Subuh pecah di langit Gaza. Suara sirine ambulans pun ikut berkumandang, bunyi sirine menjadi sangat romantis dikala itu. Sepanjang jalan berserakan anggota tubuh yang tak lagi utuh, raga yang telah runtuh. Bahkan diantaranya terdapat tubuh mungil para anak-anak Gaza. Peristiwa ini menandakan awal dimulainya musim semi. 

Suasana di kota ini begitu sakral dan mencekam, kematian bisa terjadi kapan saja, dan dimana saja, tidak ada tempat aman di negeri ini. Aku pun berjalan menyusuri gang, setapak, hingga sampai pada jalanan yang ramai. Di sela-sela aku berjalan, terlihat di seberang bangunan yang telah roboh, Bumi dengan wajahnya yang usang sedang berbicara kepada Langit.

"Wahai Langit yang cerah, selama aku diciptakan, aku belum pernah menyaksikan pembantaian ummat manusia yang sekeji itu. Sebelumnya, aku belum pernah melihat darah-darah para manusia berceceran di tanahku, atau jasad-jasad berserakan, bergantungan di bangunan yang telah roboh akibat rudal nuklir." Ucap Bumi kepada langit dengan raut wajahnya yang pilu

Langit pun hanya terdiam, tak berselang lama kemudian, langit yang tadinya cerah, mulai berubah menjadi gelap. Hujan pun turun membasahi bumi yang malang. Langit pun berkata

"Owh Bumiku yang malang, tidak kah kau lihat air mata yang menetes di atas tanah mu itu? Bukan hanya kau saja yang merasa berduka atas nasib penduduk Palestina. Setiap hari aku juga menyaksikan mereka berjatuhan ke pelukan semesta, anak-anak yang mati dipelukan ayah, ayah yang kehilangan keluarganya, para wanita yang mati, semuanya berguguran, bak bunga-bunga yang gugur dimusim semi, dan hanya menyisahkan pohon"

"Aku teringat kepada sang Manusia Agung, Aku teringat kepadanya Muhammad SAW (Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala alihi sayyidina Muhammad), bumi pun menangis sejadi-jadinya, air matanya mengalir sederas sungai Eufrat dan Sungai Tigris. Seandainya kalau Baginda Rasulullah Saw masih bersama kita di sini, aku akan memintanya untuk membebaskan tanah yang disucikan ini". Ucap Bumi kepada langit 

Selepas dari pembicaraan antara Bumi dan Langit. Aku pun kembali menyusuri serpihan-serpihan kenangan yang masih tersisa. Berjalan tak jauh dari reruntuhan, aku melihat seorang anak kecil bersama ayahnya telah tertimbun oleh reruntuhan rumah. Sejauh mata memandang banyak rumah yang telah rata dengan tanah. Dan yang tersisa hanyalah iman, harapan, dan doa yang bergentayang dilangit Gaza.

#SavePalestina
#SaveGaza


Oiya, buat yang pengen tau keseharian penulis, follow aja sosmed di bawah ini... 


Follow Facebook: Alfan R I Djabar

Follow Instagram: @aksrjin








Komentar

Bakti Terakhir Untuk Ayah

Pentingnya Sekolah Literasi Untuk Generasi Maluku Utara

Westernisasi Di Lingkungan Akademik; Kritik Logika Dan Filsafat Tubuh

Misteri Di Negeri Mahabbah