Pentingnya Sekolah Literasi Untuk Generasi Maluku Utara
Penulis : Junaidi S Muhammad
Dewasa ini pendidikan di Indonesia masih sangat jauh dalam upaya mengembangkan kesadaran peserta didik dalam menjawab masalah sosial, budaya, agama dan politik. Maka dari pada itu untuk membangun generasi yang lebih baik dan berguna untuk bangsa dan negara, bukan hanya sebatas pendidikan yang diajarkan di sekolah formal, tetapi perlu juga diajarkan di rumah dan di lingkungan sosial. Olenya itu salah satunya peran pendidikan di lingkungan sosial adalah literasi, peran literasi sangat mutlak dibutuhkan untuk mendorong kelangsungan hidup generasi serta membantu untuk memberikan penyadaran tentang pentingnya peran generasi Indonesia untuk menghadapi tantangan zaman.
Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah. Dalam bahasa latin, istilah literasi disebut sebagai literatus, artinya adalah orang yang belajar.
Hal pokok yang menjadi sorotan utama yaitu betapa sulitnya generasi Indonesia dalam upaya memajukan kesadaran mereka, untuk membaca, menulis, serta mengembangkan potensinya dalam berkarya. Situasi dan kondisi ekonomi dan politik yang terjadi di lingkungan sosial, banyak hal yang kita dapatkan. Misalnya hal yang bukan rahasia lagi di Maluku Utara yaitu minimnya pendidikan moral siswa sehingga berakibat pada kurangnya menghormati nilai-nilai kemanusiaan, seperti sering terjadi tawuran antara remaja, kurang menghormati orang tua, kurang mentaati norma-norma keluarga, tidak menghargai mana yang tua dan yang mudah dan lain sebagainya.
Disisi lain juga kita temukan adalah masalah minimnya minat baca generasi Maluku Utara, dimana disetiap daerah-daerah geenerasi lebih aktif menggunakan handphone untuk membuka sosial media dan main game ketimbang membaca buku dan belajar. Menurut keterangan badan pusat statistic (BPS) mencatat, ada 3,65% penduduk berusia dewasa atau 15 keatas yang mengalami angka butah huruf di Indonesia pada 2022. fakta pertama juga disampaikan oleh data UNESCO (United Nations Educational), dari 2016 minat baca rakyat Indonesia sangat memperhatinkan, hanya 0,0001%. Artinya dari 1,000 orang Indonesia hanya satu orang Indonesia yang rajin membaca. Minat baca kita ditahun 2016 sampai sekarang belum berubah kata Presiden Direktur Big Bad Wolf Indonesia.
Nah semua ini adalah gambaran umum yang menjadi kenyataan objektif bahwa Indonesia yang secara historis budayanya membaca, menulis, berdiskusi dan belajar untuk melawan penjajahan kolonial kini mulai tergilas oleh kemajuan teknologi yang berkembang sehingga berdampak pada pertumbuhan minat belajar generasi. Hal ini juga tak terlepas dari system pendidikan formal yang lebih mengedepankan metode belajar menghafal ketimbang mendorong siswa untuk lebih giat membaca dan berfikir kritis.
Maka dari pada itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal selama 12 tahun tak cukup untuk memberikan penyadaran kepada generasi di Maluku Utara sesuai dalam amanat UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Olehnya itu harus dibutuhkan pendidikan di luar sekolah formal, yaitu salah satunya sekolah literasi. Sebagai tempat belajar para siswa dan pemuda dalam upaya untuk mengembangkan kemampuan serta keahlian mereka dalam menjawab masalah sosial yang akan datang.
Komentar
Posting Komentar