Maffa; Negeri Tertua Yang Terlupakan?

Penulis : Alfan I. Djabar 

Jauh di timur Nusantara terdapat sebuah negeri yang berada di pesisir Halmahera, negeri ini dikenal dengan sebutan Maffa, yang juga merupakan ibu kota kecamatan dari Gane Timur, kecamatan tertua di kawasan Halmahera Selatan. Masyarakat Maffa mempunyai sifat sosial yang bersifat terbuka. Sebagian besar masyarakat berprofesi ganda, sebagai petani kelapa sekaligus juga nelayan. Dengan jumlah penduduk mencapai 1021 jiwa yang masih hidup. 

Negeri ini adalah anugerah dari sang pencipta alam semesta, Allah SWT kepada masyarakat yang ada di Maffa. Kekayaan alamnya yang melimpah, tapi berbanding terbalik dengan kondisi ekonomi masyarakatnya yang jauh dari kata sejahtera. Hal ini, tentu dipengaruhi oleh harga komoditi yang tiap tahun makin mencekam. 

Negeri ini telah lama berdiri, tetapi masih kurang perhatian dari pemerintah kabupaten. Dan para pejabat yang berkunjung hanya disaat-saat momentum politik, berjanji memajukan daerah, tapi tidak pernah terlibat bersama gerakan rakyat. Saat ini fasilitas publik berupa; bangunan pasar, jalan desa, tower jaringan internet, PLN dan sebagainya sudah tidak berfungsi dengan baik. Bahkan lampu jalan yang berada di jalan raya, sudah tidak menyala lagi. Kesemuanya lalu di biarkan begitu saja, entah sampai kapan.

Semoga kedepannya ada perubahan, perubahan kearah baik atau buruk tergantung anak mudanya. Hehe. Sekian dan terima kasih, sampai bertemu kembali.

Berikut di bawah ini ku persembahkan puisi untuk negeriku.

Di sana, di negeriku, wewangian gaharu dan kemenyan membakar kehidupan 

Di sana, ditanah ku

Mahabbah begitu liar dalam sangkar, kasih terselami ingatan ikut pudar

Di sana, ditanah ku 

Orang tua-tua begitu patuh pada syari'at, ada juga sekat yang tersesat, namun tak banyak yang berjalan diatas jembatan hakekat, bertelapak kaki tarekat, bermuara ma'rifat

Di sana, ditanah ku

Anak-anak muda memikul beban bahasa, memulai mendikte kuasa, menggantikan yang tak biasa, mencari perihal rasa

Di sana, ditanah ku

Sunnatullah menjadi jawaban atas tindakan manusia bodoh yang mendambakan kerusakan

Di sana, ditanah ku

Tata krama menetralisir sebuah tradisi yang haus akan darah, iri hati masih saja tersimpan di hati dapat dihitung dengan jari, dapat kita kenali sedikit orang yang mata hatinya telah tertutup

Di sana, ditanah ku
Di sana, ditanah ku
Di sana, ditanah ku

Cinta tumbuh, antara kasih yang masih utuh dan raga yang telah runtuh 

Di sana, ditanah 
Ku

Cinta 
Benar-benar 
Membunuhku


~Jejak Langkah~
Maffa, 25 Mei 2023





Komentar

Bakti Terakhir Untuk Ayah

Pentingnya Sekolah Literasi Untuk Generasi Maluku Utara

Westernisasi Di Lingkungan Akademik; Kritik Logika Dan Filsafat Tubuh

Misteri Di Negeri Mahabbah