Lekuk Tubuh Perempuan Haliyora

Penulis : El Banilao

Hari itu 30 september 2022. Embe adalah seorang laki-laki dengan perawakan yang 
sedap di pandang. Ia juga dikenal begitu loyal melibatkan dirinya di berbagai 
gerakan, mulai dari pembangkangan masyarakat adat, pemboikotan 
transportasi, hingga gerakan yang di labeli separatis oleh negara. Selain itu embe juga di kenal sebagai orang yang senantiasa menyerukan hak-hak kaum perempuan. Bahkan posisinya di gerakan bisa di bilang begitu strategis, ia sebagai pimpinan politik di suatu organisasi.

Lamat-lamat langit mulai memerah, Embe yang sedari tadi duduk menikmati kopi kini 
di kagetkan dengan perempuan bermata kejora dari halmahera yang datang 
memesan kopi di kantin sastra. Naluri kesundalan (Nafsu birahi) nya seketika 
memuncak, secara tergesah-gesah Embe menghampiri dan mengajaknya berkenalan, 
rupanya suaranya yang lunak membikin hasrat seksual embe bergejolak. Disituasi 
bersamaan Embe mulai mendeskripsikan puting susu dan vagina perempuan itu, 
Embe yang tidak sabar kini memulai percakapan. Nama perempuan itu adalah Za 
merupakan seorang mahasiswa fakultas ekonomi, Za sendiri pernah melihat Embe 
saat diskusi publik yang di selenggarakan oleh kawan-kawanya, perkenalan ini 
menciptakan kesan yang baik. 

Sore menua diatas kie gamalama. Malam sebentar lagi tiba tatkala kopi Za di sajikan. 
Di sisa-sisa senja Embe dengan sengaja melihat Buah dada Za yang besar. Buah dada 
itu akan menegang penis setiap lelaki yang melihatnya, Embe membatin "Aku harus 
berhasil menyetubuhi-mu Za".

Dengan pongahnya Embe mulai bercerita tentang Relasi Kuasa atas Tubuh 
Perempuan, Embe merepresentasikan tubuh perempuan sebagai otoritas 
perempuan, Za yang memiliki keterbatasan pengetahuan hanya bisa mengangguk. 
Embe pun melanjutkan percakapan dengan pertanyaan

"Pernakah kau mendengar perjuangan kaum perempuan Za"?

"Belum kak" jawab Za

"Setiap perempuan wajib mempelajari perjuangan emansipasi kaum perempuan Za" Ucap Embe

"Baik kak, lantas gimana caranya aku mempelajari perjuangan kaum 
perempuan buku-buku seperti apa yang harus aku baca"?

"Kalau Za tidak keberatan,berkunjunglah ke kosan-ku ada banyak buku dan koran 
perjuangan kaum perempuan"

"Alamat kosannya dimana kak.?

"Bisakah Za memberikan nomor ponselnya biar komunikasi kita lebih intesif"

Setelah Za memberikan nomor ponselnya. Za minta pamit karena malam telah 
melahap jazirah Al-Mulk. 

Malam datang secara tiba-tiba,Embe yang hampir 5 jam duduk dikantin sastra kini 
beranjak kembali ke kosannya, sesampainya di kosan Embe mulai ngeChat Za. Za 
nampak antusias merespon Chat Embe malam itu. Dengan segudang teori Embe 
berhasil meyakinkan Za untuk berkunjung ke kosannya. 

Sesampainya Za di kosan Embe. Embe lalu menyuguhi Za dengan segelas kopi dan 
sebungkus rokok Sempurna, Embe pun mulai melanjutkan diskusi yang tertunda 
akibat malam yang datang tanpa aba-aba.

Malam semakin tua sepi semakin arogan,Za yang ngantuk memohon diri kembali ke 
kosannya. Embe yang sedang nafsu bersikeras menahan Za agar menginap semalam 
di kosannya, Za tentu tidak menggubris tawaran Embe itu. Karena kesal Embe 
terpaksa mencekik leher Za dan mengajaknya bersetubuh,Za sekuat tenaga berusaha 
melepaskan cengkramman Embe di lehernya. Embe pun mengancam Za jika tidak 
melayani nafsunya. Karena takut Za melakukan apa yang di perintahkan Embe, Embe 
mulai manarik kepala Za dan menyuruh menghisap penisnya, Embe juga mulai 
membuka kancingan baju dan celana Za, Za yang tak berdaya hanya bisa pasrah. 
Embe kini memulai aksi bejatnya. Za hanya bisa meneteskan air mata. Di saat klimaks 
embe terus bergumam "Kau adalah pelacur pribadi-ku aku akan terus memburu 
vagina-mu" .

Setelah nafsunya terealisasi Embe kini menyuruh Za mengenakan pakaianya dan 
kembali ke kosannya, Embe juga mengancam Za jika aksinya diketahui publik Embe 
tidak segan-segan membunuhnya. Za yang kini tergolek lemah berusaha sekuat 
tenaga mengenakan pakainnya dan kembali ke kosannya,di tengah perjalanan Za 
terus meneteskan air mata, Za merasa bahwa dirinya begitu kotor dan mengutuk 
dirinya karena tidak bisa melindungi tubuhnya dari lalaki bejat itu. Za pun sempat 
frustasi dan mencoba bunuh diri. Namun tuhan masih begitu sayang kepada 
perempuan yang di matanya segala keagungan tuhan tertera.

Karena tidak sanggup Za menguatkan nuraninya dan melapor aksi bejat Embe ke 
kepolisian setempat. Embe sempat melakukan bantahan dan Embe juga
membenarkan aksinya atas dasar suka sama suka. Sedang Za bersikeras bahwa apa 
yang di lakukan Embe malam itu adalah tindakan kekerasan seksual. Za menceritakan 
semua yang di lakukan Embe kepadanya. Dan Za juga meminta kepada kawan-
kawannya untuk menggalang solidaritas mendukung korban. Sehingga Embe berhasil 
di hukum dengan hukum yang setimpal, dan Kini Za mengikuti rehabilitasi psikis 
korban kekerasan seksual. Za perlahan-lahan sembuh dari trauma yang berkepanjangan hingga kini Za dapat melakukan aktifitas sebagaimana mestinya


#Jangan_takut_bersuara
#solidaritas terhadap korban



Komentar

Bakti Terakhir Untuk Ayah

Pentingnya Sekolah Literasi Untuk Generasi Maluku Utara

Westernisasi Di Lingkungan Akademik; Kritik Logika Dan Filsafat Tubuh

Misteri Di Negeri Mahabbah